Sponsor

19 Juli 2009

Nan Ampek Bagian I

BEBERAPA PRINSIP POKOK DAN CIRI-CIRI KHAS

ADAT MINANGKABAU


Sebelum kita membicarakan tentang isi dari kandungan adat Minangkabau yang terhimpun dalam bilangan ampek, dua kali ampek atau tigo kali ampek , terlebih dahulu marilah kita singgung sedikit beberapa prinsip pokok dan ciri-ciri khas dari adat Minangkabau di bandingkan dengan adat istiadat dan kebudayaan daerah lain di Indonesia ini. Dengan mengetahuiciri khas dan beberapa prinsip pokok dari adat Minangkabau tersebut diharapkan akan dapat membantu pembaca buku ini dalam memahami uraian-uraian selanjutnya dalam buku ini.



Ciri-Ciri Khas Adat Minangkabau
Bila kita bandingkan adat Minangkabau dengan adat istiadat atau kebudayaan daerah lain yang ada di Indonesia, minimal kita akan menemukan ada 4 (empat) perbedaan pokok yang merupakan ciri-ciri khas adat Minangkabau yaitu :

1. Adat Minangkabau adalah merupakan pedoman dan pegangan hidup dari suatu masyarakat yang menganut sistim matrilinial. Berbeda dengan masyarakat daerah lain di Indonesia yang pada umumnya umum menganut sistem patrilinial atau parental. Masyarakat Minangkabau adalah satu-satunya di Indonesia yang struktur sosial masyarakatnya didasarkan pada sistem (kekerabatan) matrilineal artinya. Kaum ibu dalam kehidupan masyarakat Minangkabau menempati peranan dan posisi sentral dan istimewa demi kehidupan keluarga / masyarakat. Hal ini terlihat dalam konsepsi adat tentang kaum ibu (bundo kanduang) yang berbunyi :

Bundo kanduang limpapeh rumah nan gadang
Umbun puruak pegangan kunci
Umbun puruak aluang bunian
Pusek jalo kumpulan tali
Sumarak didalam kampuang
Hiasan dalam nagari
Kok iduik tampek banasa
Kok mati tampek baniek
Ka unduang-unduang ka Madina
Kapayuang panji kasarugo
2. Adat Minangkabau sebagai pedoman dan pegangan hidup tidak dikodifikasikan (dibukukan) sebagaimana halnya adat istiadat dan kebudayaan lain pada umumnya. Adat Minangkabau diterima (diwarisi) oleh satu generasi ke generasi berikutnya melalui media tutur, dan diterima secara turun temurun melalui mulut ke mulut dari nenek moyang orang Minangkabau sampai pada generasi yang hidup sekarang ini. Jadi adat Minangkabau tidak mengenal adanya buku adat yang dapat dibaca oleh generasi yang datang kemudian. Inilah yang disebut dalam ungkapan adat “warih bajawek, tutua badanga” ( warisan diterima, tutur didengar).
3. Ketentuan-ketentuan pokok dari adat Minangkabau berupa kaedah adat, dihimpun dalam bentuk petatah-petitih, mamang, bidal, pantun dan gurindam adat yang kata-katanya terdiri dari kata-kata kias (kato-kato kieh). Tentang hal ini adat mengatakan, “malangkah diujuang karih, basilek dipangka padang, kato salalu baumpamo, rundiang salalu bakiasan”. Kaedah-kaedah adat dalam bentuk pepatah petitih, mamang, bidal, pantun dan gurindam adat tersebut berfungsi sebagai dasar hukum dari ajaran adat Minangkabau. Apa saja masalah yang dibicarakan dalam adat Minangkabau mempunyai dasar hukum, berupa pepatah, petitih, mamang, bidal, pantun atau gurindam adat.
4. Dalam memahami adat Minangkabau kita tidak bisa ditafsirkannya menurut hukum logika semata. seperti lazimnya kita mempelajari atau memahami sesuatu. Dalam mempelajari adat Minangkabau yang dasar hukumnya berupah pepatah petitih, mamang, bidal, pantun dan gurindam adat, yang kata-katanya terdiri dari kata-kata kias, kita tidak bisa memahaminya menurut pengertian logika. Kalau ditafsirkan menurut hukum logika, maka kita akan keliru atau salah dalam memahami kaedah-kaedah adat tersebut, dan akhirnya kita akan keliru atau salah dalam memahami adat Minangkabau, karena kata-kata kias yang terdapat dalam kaedah adat Minangkabau tersebut bertentangan dengan hukum logika.
Contoh :
Duduak surang basampik-sampik, duduak basamo balapang-lapang
Taimpik diateh, takuruang dilua
Kandua badantiang-dantiang, tagang bajelo-jelo
Ingek-ingek nan diateh, nan dibawah kok maimpok
Tirih kok datang dari lantai, galodo kok datang dari ilia
Bajalan baduo nak ditangah, bajalan surang nak dahulu, dsb.
Seharusnya menurut hukum logika, berbunyi :
Duduak surang balapang-lapang, duduak basamo basampik-sampik
Taimpik dibawah, takuruang didalam
Kandua bajelo-jelo, tagang badantiang-dantiang
Ingek-ingek nan diateh kok maimpok nan dibawah
Tirih kok datang dari loteng, galodo kok datang dari mudiak
Bajalan baduo tak mungkin ditangah, bajalan surang tak mungkin dahulu.
Agar kita tidak keliru atau salah dalam memahami kata-kata kias yang merupakan dasar hukum dari adat Minangkabau tersebut maka, kita harus menafsirkanya menurut metoda berfikir Minangkabau ,yaitu dengan cara mengetahui dan memahami ereang jo gendeang, raso jo pareso, malu jo sopan. Dalam hubungan ini perlu kita pahami ketentuan adat yang berbunyi :
Pikia palito hati
Nanang ulu bicara
Aniang saribu aka
Dek saba bana mandatang
Demikianlah antara lain empat ciri khas dari adat Minangkabau yang ajaran ketentuannya banyak terhimpun dalam bilangan ampek, duo kali ampek, atau tigo kali ampek (tahu dinan ampek). Disamping 4 (empat) ciri-ciri khas diatas perlu pula kita mengetahui minimal 4 (empat) prinsip pokok dari adat Minangkabau yaitu :
Pengertian adat Minangkabau
Sumber dasar adat Minangkabau
Isi dan hakekat adat Minangkabau
Tujuan atau cita-cita adat Minangkabau
1. Pengertian adat Minangkabau
Untuk mengetahui pengertian adat Minangkabau, maka kita akan melihat dari 4 (empat) segi yaitu :
a. Segi etimologi
b. Segi Pendapat para ahli
c. Segi Pendapat umum (masyarakat)
d. Segi adat Minangkabau



a. Segi Etimologi
Secara etimologi, kata adat berasal dari bahasa sanskerta, yaitu dari kata “Adat”. “A” artinya tidak, sedangkan “Adat” berarti benda, jadi adat adalah sesuatu yang tidak bernilai kebendaan.
Jadi dari segi etimologi adat tersebut adalah nilai-nilai kehidupan yang berlaku dalam masyarakat Minangkabau, yang berfungsi sebagai pedoman dan pegangan hidup agar tercipta ketertiban dan ketentraman dalam masyarakat. Nilai adat tersebut adalah budi. Nan kuriak kundi, Nan Merah sago, Nan baik budi, nan indak baso.
Jadi nilai-nilai adat tersebut tidak bersifat material, tetapi nilai-nilai yang bersifat immaterial, yang dalam bahasa adat disebut raso, pariso, malu dan sopan, keempat unsur inilah yang merupakan unsur yang integral dari budi. Dan budi merupakan hakekat dari ajaran adat Minagkabau.
b. Segi Pendapat Para Ahli
1. Pendapat H. Idrus Hakimi Dt. Rajo Penghulu,
Adat Minangkabau tersebut adalah tata nilai yang mengatur kehidupan masyarakat di Minangkabau, baik kehidupan pribadi, maupun kehidupan bermasyarakat yang didasarkan pada budi pekerti yang mulia sehingga terwujud keamanan, ketertiban, bahagia, sejahtera lahir dan bathin.
2. Pendapat H. Djafri Dt. Lubuak Nan Sati
Adat Minangkabau adalah ……………
3. Pendapat H. Kamardi Rais Dt. P. Simulie
Adat Minangkabau adalah ……………..


c. Segi Pendapat umum
Ketika ditanyakan kepada orang tua-tua atau niniak mamak yang banyak mengetahui tentang seluk beluk adat Minangkabau, apakah pengertian adat itu sesungguhnya ?. Pada umumnya mereka menjawab dengan mengemukakan kenyataan-kenyataan yang terdapat pada alam, fenomena-fenomena alam serta sifat-sifat alam dan sebagainya. Sebagai contoh :
Adat api mambaka
Adat aia mambasahi
Adat ayam bakotek
Adat murai bakicau
Adat gunuang timbunan kabuik
Adat lurah timbunan aia
Gabak dihulu tando ka hujan
Cewang di langik tando ka paneh
Jadi kalau kita simpulkan menurut mereka pengertian adat Minangkabau adalah kenyataan-kenyataan atau ketentuan-ketentuan yang terdapat pada alam yang ada disekitarnya kita sebagaimana diciptakan oleh Allah Maha Pencipta.
d. Segi adat Minangkabau
Kalau kita lihat pengertian adat menurut adat Minangkabau maka dapat kita simpulkan dari kaedah adat yang berbunyi :
Sawah diagiah bapamatang
Ladang diagiah bamintalak
Rimbo diagiah bajiluang
Hutan diagiah bakaratau
Babedo tapuang jo sadah
Babikeh minyak jo aia
Balain kundua jo labu.
Maksud dari kaedah adat ini adalah ketentuan-ketentuan hidup bermasyarakat di Minangkabau yang didasarkan pada budi pekerti yang tinggi guna terciptanya keamanan, ketertiban dan kesejahteraan ditengah-tengah masyarakat. Jadi fungsi adat tersebut supaya masyarakat dapat hidup aman, tertib, damai, bahagian serta sejahtera. Karena ruang lingkup kehidupan tersebut sangat luas maka adat Minangkabau mengatur seluruh aspek dan bidang kehidupan, mulai dari masalah yang menyangkut kehidupan pribadi sampai kepada masalah kehidupan masyarakat, Misalnya : ekonomi, politik sosial budaya. Hal inilah yang terkandung dalam kaedah adat yang berbunyi “Hiduik dikanduang adat, mati dikanduang tanah”. Tegasnya seluruh aspek kehidupan telah diatur oleh adat.
2. Sumber Dasar Adat Minangkabau
Adat Minangkabau sebagai pedoman dan pegangan hidup masyarakat, nilai-nilai dan norma-norma atau aturan-aturan, yang terkandung didalamnya digali dari kenyataan-kenyataan atau ketentuan-ketentuan yang terdapat pada alam. Yaitu Kenyataan-kenyataan yang terdapat pada alam yang ada disekitar kita diamati, kemudian dipelajari, dianalisa serta dijadikan ikhtibar atau perbandingan oleh pencipta adat Minangkabau dengan menyusun ketentuan-ketentuan /aturan-aturan yang terdapat pada alam tersebut untuk dijadikan aturan/ketentuan untuk mengatur kehidupan pribadi atau bermasyarakat di Minangkabau.
Dasar hukum adat tentang sumber pokok adat Minangkabau ini tertuang dalam pepatah adat Minangkabau yang berbunyi sebagai berikut :
Panakiak pisau sirawik
Ambiak galah batang lintabuang
Silodang ambiak ka niru
Nan satitiak jaikan lawik
Nan sakapa jadikan gunuang
Alam takambang jadikan guru.
Jadi jelas setelah memperhatikan dan mempelajari serta menganalisa sifat-sifat dan fenomena-fenomena yang terdapat pada alam, barulah kemudian di susun menjadi ketentuan-ketentuan adat untuk mengatur kehidupan bermasyarakat. Keadaan yang demikian dilukiskan dalam pepatah adat yang berbunyi :
Bumi sanang padi manjadi
Padi kuniang jaguang maupiah
Taranak bakambang biak
Bapak kayo mandeh barameh
Mamak disambah urang pulo
Katapi bagantang urai
Katangah bagantang podi.
Keadaan yang demikianlah yang ingin dicapai oleh adat Minangkabau, untuk mengatur kehidupan bermasyarakat.

Contoh : Setelah diperhatikan berkali-kali gejala alam, misalnya setiap ada gabak (mendung) dilangit, akan turun hujan. Begitu pula apabila terjadi cewang (cahaya cemerlang) dilangit akhirnya hari akan panas. Dari memperhatikan, mempelajari dan memahami gejala yang terjadi pada alam tersebut lahirlah ketentuan adat yang berbunyi :

“Gabak dihulu tando kahujan, Cewang dilangit tando kapaneh”
3. Isi dan Hakekat Adat Minangkabau
Didalam uraian diatas telah kita singgung, bahwa Adat Minangkabau dalam kedudukan sebagai pedoman dan pegangan hidup masyarakat Minangkabau berfungsi mengatur, membimbing serta mengarahkan sikap dan tingkah laku anggota masyarakat yang didasarkan pada budi pekerti yang mulia, sehingga akhirnya dalam kehidupan masyarakat tercipta keamanan dan ketertiban. Sebagai pedoman dan pegangan hidup Adat Minangkabau berisi dan memuat berbagai ketentuan hidup, mulai dari masalah yang kecil sampai kepada masalah yang besar dan luas.
Adat mengatur tentang bagaimana caranya seseorang harus berbuat dan bertingkah laku dalam hidup bermasyarakat. Adat mengatur tentang bagaimana tata cara duduk, berjalan, makan, minum, berbicara dan sebagainya yang didasarkan pada budi pekerti yang baik, “lamak dek awak, katuju dek urang “. Demikian pula halnya dengan masalah yang lebih besar dan luas yang berkaitan dengan kehidupan bersama ditengah-tengah masyarakat. Misalnya adat mengatur tentang betapa pentingnya prinsip persatuan dan kesatuan (kebersamaan) untuk mencapai tujuan bersama, kabukik samo mandaki, kalurah samo manurun, tatungkuik samo makan tanah, tatilantang samo minum ambun.
Begitu pula halnya dengan prinsip musyawarah untuk mencapai mufakat, Adat mengatur apabila rasa kebersamaan, persatuan dan keadilan telah terujud di tengah-tengah masyarakat, selanjutnya bagaimana caranya memanfaatkan kekuatan/potensi tersebut untuk mencapai tujuan yang kita cita-citakan dalam kehidupan masyarakat mulai dari lingkungan kaum, suku, korong/kampung sampai kepada lingkungan ber Nagari, Berbangsa dan Bernegara.
Dari uraian diatas, dapat kita simpulkan bahwa Adat Minangkabau sebagai pedoman dan pegangan hidup berisi ketentuan-ketentuan adat yang berkaitan dengan seluruh aspek dan bidang kehidupan masyarakat mulai dari masalah yang kecil-kecil sampai kepada masalah yang besar-besar. Hal inilah yang diungkapkan oleh kaedah adat yang berbunyi :
Rumah Gadang bari bapintu
Nak tarang sampai kadalam
Jikok dikumpa saleba kuku
Jikok dikambang saleba alam


Bago sagadang biji labu, bumi jo langik ado didalam
Kulik maia ditimpo batis
Batis ditimpo galo-galo
Dalam lahia ado babatin
Dalam batin ba hakekat pulo
Selanjutnya yang menjadi hakekat dari adat Minangkabau tersebut adalah budi pekerti yang mulia yang membedakan secara tajam antara manusia dan hewan dalam tingkah laku dan perbuatannya.
Nan kuriak kundi
Nan merah sago
Nan baiak budi
Nan indah baso
Jadi hakikat dari adat Minangkabau tersebut adalah ajaran budi yang melandasi setiap sikap dan tingkah laku manusia dalam kehidupan masyarakat.
“Lamak dek awak, katuju dek urang,Sakik dek awak Sakik dek urang, Sakik sorang damam barampek”.
Kuek rumah karano sandi
Rusak sandi rumah binaso
Kuek bangso karano budi
Rusak budi hancualah bangso
Dek ribuik rabahlah padi
Dicupak Dt. Tumanggung
Kok iduik indak ba budi
Duduak tagak kamari tangguang
4. Tujuan dan cita-cita yang ingin dicapai oleh adat Minangkabau
Kembali kepada fungsi adat Minangkabau sebagai pedoman dan pegangan hidup bermasyarakat di Minangkabau, dimana ajaran yang terkandung didalamnya berisi aturan dan ketentuan-ketentuan yang harus dipatuhi dan ditaati oleh setiap pribadi yang menjadi anggota masyarakat. Dengan mentaati dan mempedomani aturan dan ketentuan-ketentuan adat tersebut maka kehidupan orang Minangkabau akan terarah dan tidak akan terombang ambing oleh berbagai macam paham dan pandangan hidup yang berasal dari kebudayaan asing yang sudah barang tentu tidak sesuai dengan kepribadian orang Minangkabau.
Adapun yang merupakan tujuan dan cita-cita yang ingin dicapai oleh adat Minangkabau bila ketentuan dan aturan adat dijadikan pedoman dan pegangan hidup oleh setiap pribadi dalam kegiatan dan aktifitas hidup sehari-hari adalah terciptanya kehidupan tertib, aman, bahagia, dan sejahtera lahir bathin, seperti yang diungkapkan dalam kaedah adat yang berbunyi :
Bumi sanang padi manjadi
Padi kuniang jaguang maupiah
Taranak bakambang biak
Bapak kayo mandeh barame.
Mamak disambah urang pulo
Katapi bagantang urai
Katangah bagantang podi.
Jadi kehidupan yang ingin dicapai oleh adat Minangkabau adalah kehidupan yang aman, tertib, bahagia dan sejahtera terpenuhinya seluruh kebutuhan jasmani dan rohani. Dan setiap orang dalam kehidupan bermasyarakat senantiasa bersikap dan bertingkah laku dengan mempertimbangkan kaedah adat “lamak dek awak, katuju dek urang”artinya Mampu merasakan kedalam dirinya, apa yang dirasakan oleh orang lain. Kehidupan yang demikianlah yang disebut dengan kehidupan beradat di Minagkabau.
 
Nara Sumber : Dt. Irsal Feri Idrus

Suku Minangkabau

Suku Minangkabau Jumlah populasi kurang lebih 7 juta(2000 Kawasan dengan jumlah penduduk yang signifikan Sumatra Barat, Indonesia: 3...